cobaaa

Jan 7, 2014

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN


TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME DAN IMPLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN


A.           PENDAHULUAN
Manusia memang terus berkembang dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Hal ini lah yang mendorong manusia untuk terus belajar. Oleh karena itu, belajar dapat didefinisikan sebagai, kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya (Suprijono:2011: 3). Definisi lain mengenai belajar dikemukukan oleh Suyono dan Hariyanto (2011:9) yaitu belajar merupakan suatu aktifitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.  Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Dari ketiga pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai kegiatan atau aktifitas kompleks manusia untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki sikap dan perilaku serta mengokohkan kepribadian dengan tujuan untuk mengembangkan pribadi seutuhnya.
Sedangkan terdapat perbedaan definisi belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Skinner berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara  progressif (Sagala:2012:14). Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas yang disebabkan oleh stimulu yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar (Dimyati dan Mudjiono: 2009:10). Pendapat berbeda dikemukan oleh Calr. R. Goger yaitu praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar (Sagala:2012:14). Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk individu dari hasil interaksi terus menerus dengan lingkungan (Dimyati dan Mudjiono: 2009:13).
Dari pandangan-pandangan belajar dari beberapa ahli tersebut, munculah teori belajar. Teori  belajar  merupakan  upaya  untuk  mendeskripsikan  bagaimana manusia  belajar,  sehingga membantu  kita  semua memahami  proses  inhern  yang kompleks  dari  belajar. Cahyo (2013:20) berpendapat bahwa teori belajar dapat diartikan sebagai konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperiment. Ada  beberapa  perspektif  dalam  teori  belajar,  yaitu Behaviorisme, Kognitivisme,  dan Konstruktivisme. Oleh karena itu, makalah ini membahas salah satu teori belajar, yaitu teori belajar konstruktivisme dan implikasinya dalam pembelajaran.
    
B. PEMBAHASAN
Makalah ini membahas pengertian teori belajar konstruktivisme, teori belajar konstruktivismi, ciri dan prinsip teori belajar konstruktivisme, implikasi teori konstruktivisme terhadap pembelajaran, model pembelajaran dari teori konstruktivisme, dampak teori konstruktivisme terhadap pembelajaran, dan kelebihan dan kelemahan teori konstruktivisme.
1.             Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Ada beberapa pendapat mengenai definisi konstruktivisme yang dikemukan beberapa ahli. Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksi pengalaman, kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan kita tentang dunia tempat kita hidup (Suyono dan Hariyanto:2011:104). Sedangkan menurut Cahyo (2013: 22) konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekan bahwa pengetahuan adalah buatan kita sendiri sebagai hasil konstruksi kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membangun pengetahuan tersebut. Trianto (2007:26) juga berpendapat bahwa teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran cognitive baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.
Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori belajar kontruktivisme merupakan teori belajar yang menuntut siswa mengkonstruksi kegiatan belajar dan mentransformasikan informasi kompleks untuk membangun pengetahuan secara mandiri.
2.             Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme dibagi menjadi dua sudut pandang, yaitu menurut Piaget dan Vygotsky.
a.              Teori Belajar Konstruktivisme Piaget
Teori piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur kognitif atau peta mentalnya yang diistilahkan “schema/skema” atau konsep jejaring untk memahami dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan di sekeilingnya(Suyono dan Hariyanto:2011:107). Sedangkan menurut piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kota-kotak yag masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam proses belajar terjadi dua proses, yaitu proses organisasi informasi dan adaptasi (Cahyo:2013: 37).
Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur- struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. Sedangkan proses adaptasi adalah proses yang berisi dua kegiatan. Pertama, menghubungkan atau mengintergrasi pengetahuan yang diterima manusia atau disebut asimilasi. Kedua, mengubah struktur pengetahuan baru sehingga akan terjadi kesinambungan (equilibrium).
Proses mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Piaget, adalah sebagai berikut (Cahyo:2013):
-                 Skemata
Piaget mengatakan bahwa schemata orang dewasa mulai dari schemata anak melaui proses adaptasi sampai pada penataan dan organisasi. Makin mampu seseorang membedakan satu stimulus dengan stimulus lainnya, makin banyak schemata yang dimilikinya. Dengan demikian, schemata adalah struktur organisasi kognitif yang selalu berkembang dan berubah. Proses yang menyebabkan adanya perubahan tersebut adalah asimilasi dan akomodasi
-                 Asimilasi
Asimilasi merupakan proses kognitif dan penyerapan baru ketika seseorang memadukan stimulus atau presepsi ke dalam schemata atau perilaku yang sudah ada. Pada dasarnya, asimilasi tidak mengubah schemata, tapi mempengaruhi atau memungkinkan pertumbuhan schemata. Asimilasi terjadi secara kontinu, berlangsung terus-menerus dalam perkembanfan intelektual anak.
-                 Akomodasi
Akomodasi adalah proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai pengalaman baru. Proses tersebut menghasilkan terbentuknya schemata baru dan berubshnya schemata lama.
-                 Keseimbangan
Dengan adanya keseimbangan, efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkambang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Piaget membagi fase perkembangan manusia ke dalam empat perkembangan yang tertera dalam table di bawah ini:
Tahapan
Usia
Gambaran
Sensorimotor
0-2
Bayi bergerak dari tindakan reflek instingtif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoorgadinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik
Operational
2-7
Anak mulai merepresentasikan dunia denan kata-kata dan gambar-gambar.
Concerte operational
7-11
Pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret
Formal operational
11-15
Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik

b.             Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Menurut Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belaja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas-tugas tersebut berada dalam zone of proximal development (Trianto:2007:29).

3.             Ciri dan Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme
Ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivisme (Cahyo:2013) adalah menekakan pada proses belajar, mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa, berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses bukan menekankan pada hasil, mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan, mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami, penilsian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa, sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif, banyak menggunakan terminology kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti: prediksi, inferensi, kreasi, dan analisi, dll.
Sedangkan prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam proses belajar-mengajar adalah pengetahuan dibangun oleh siswa, pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid kecuali hanya dengan keaktifan murid itu sendiri, murid aktif mengontruksi secara terus menerus sehingga terjadi perubahan konsep ilmiah, guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancer, mencari dan menilsi pendapat siswa, dan menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
4.             Implikasi Konstruktivisme terhadap Pembelajaran
Pendekatan konstruktivisme mementingkan pengembangan lingkungan belajar yang meningkatkan pembentukan pengertian dari prespektif ganda, dan informasi yang efektif atau control eksternal yang teliti dari peristiwa-peristiwa sswa yang ketat, dihindari sama sekali. Untuk maksud tersebut, guru perlu melalukan hal-hal berikut: menyajikan masalah-masalah actual kepada siswa dalam konteks yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, pembelajaran distruktur di sekitar konsep-konsep primer, member dorongan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan sendiri, memberikan siswa untuk menemukan jawabann dari pertanyaan sendiri, memberanikan siswa mengemumakan pandapat dan menghargai sudut pandangnya, menganjurkan siswa bekerja dalam kelompok, dan menilai proses dan hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.
Sedangkan menurut Suprijono (2011:40),  pembelajaran konstruktivisme merupakan belajar artikulasi. Belajar artikulasi merupakan proses mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi. Implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran terbagi menjadi beberapa fase, yaitu
-            Orientasi, merupakan fase untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik, memerhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topic materi pembelajaran
-            Elicitasi, merupakan fase membantu peserta didikmeggali ide-ide yang dimilikinya dengan member kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka.
-            Restruksi ide, dalam hal ini peserta didik melakukan klarifikasi ide dengan cara mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain
-            Aplikasi ide, dalam fase ini, idea tau pengetahuan yang telah dibentuk peserta didik perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi.
-            Reviu, dalam fase ini memungkinkan peserta didik mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih lengkap.  
5.             Model Pembelajaran dari Teori Konstruktivisme
Model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sagala:2012:176). Beberapa model pembelajaran dari pengembangan teori konstruktivisme antara lain:
-                 Discovery Learning
Discovery Learning merupakan proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan (Illahi: 2012: 29). Model pembelajaran ini mengubah kondisi siswa yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented menjadi student oriented. Model ini juga mengubah dari modus rxpository siswa ke modus discovery yang menuntut siswa secara aktif menemukan informasi sendiri melalui bimbingan guru
-                 Reception Learning
Model reception learning menuntut guru menyiapkan situasi belajar, memilih materi-materi yang tepat untuk siswa, dan kemudian menyampaikan dalam bentuk pengajaran yang terorganisasi dengan baik, mulai dari umum ke hal-hal yang terperinci. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. 
-                 Assisted Learning
Assisted learning mempunyai peran sangat penting bagi perkembangan individu. Menurut Vygotsky, perkembangan kognitif terjadi melalui proses interaksi dan percakapan seorang anak dengan lingkungan sekitarnya. Orang lain disebut sebagai pembimbing atau guru.
-                  Active Learning
Active learning merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan system pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Belajar aktif merupakan strategi belajar yang diartikan sebagai proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode yang menitikberatkan kepada keaktifan siswa dan melibatkan potensi siswa, baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara optimal.
-                 Kontekstual Learning
Pembelajaran kontekstual learning merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari.


-                 Quantum Learning
Quatum learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
6.             Dampak Teori Kostruktivisme terhadap Pembelajaran
Dampak teori kostruktivisme secara umum merupakan gabungan penerapan baik dari konsep Piaget maupun Vygotsky terhadap pembelajaran sebagaimana tertera dalam table dibawah ini (Suyono dan Hariyanto:2011) :
Pendidikan
Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemapuan berfikir untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi
Kurikulum
Konstruktivisme tidak memerlukan kurikulum yang terstandarisasi melainkan disesuaikan dengan pengetahuan siswa
Pengajaran
Pendidik focus terhadap bagaimana menyusun hubungan antara fakta-fakta serta memperkuat perolehan pengetahuan yang baru bagi siwa
Pembelajaran
Diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya
Penilaian
Tidak memerlukan tes yang baku melaikan memerlukan penilaian proses

7.             Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivisme
Kelebihan teori konstruktivisme menurut Cahyo (2013) yaitu guru bukan satu-satunya sumber belajar, siswa lebih aktif dan kreatif, pembelajaran menjadi lebih bermakna, pembelajar memiliki kebebasan, membina sikap produktif dan percaya diri, proses evaluasi difokuskan pada penilaian proses, dan siswa menjadi lebih mudah paham.
Sedangkan kelemahan teori konstruktivisme adalah perolehan informasi berlangsung satu arah, siswa dituntut harus aktif, dan guru tidak mentransfer pemgetahuan yang telah dimiliki, melainkan membantu siswa.

C.           KESIMPULAN
Teori konstruktivisme merupakan teori belajar yang menuntut siswa mengkonstruksi kegiatan belajar dan mentransformasikan informasi kompleks untuk membangun pengetahuan secara mandiri dan inisiatif. Dalam implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran terbagi dalam lima fase, yaitu orientasi, elicitasi, restrukturisasi ide, aplikasi ide, dan reviu. Model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan pengembangan teori konstruktivisme yaitu discovery learning, reception learning, assisted learning, active learning, contextual learning and quantum learning.

DAFTAR PUSTAKA
Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press

Dimjati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Illahi, Moh. Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational Skill. Jogjakarta: Diva Press

Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplkasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Rosda

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka

No comments:

Post a Comment